Thursday 4 March 2010

Tei = Tembok Emosi Ini

Commercial Break:
Salam.
Ni memang pelik sikit. Aku tulis entry nih lepas dah dapat 4 comments.
Maaflah, sebenarnya nih first entry aku guna blogger.go.mobile. dulu pernah buat, tapi bukan dengan URL nih.
Mobile blogging nih lebih cepat. aku boleh update dengan benda2 yang aku nak secepatnya.Cuma malangnya, aku tak boleh tulih panjang2macam biasa.Yang tu memang penyakit.

****
[Post body]
****

Sejak dua menjak ini, pagi-pagi aku memang cukup pagi. Lebih pagi dari dulu. Ye lah,semenjak dok berpantang di rumah mertua nih jadual aku dah kena cepat dan di perlambatkan seadaanya. Subuh aku pun dah makin awal. Perjalanan pi kilang dah makin panjang. Tangga hospital pun dok asyik kena panjat tiap hari; dulu Sufia, nih atuk Sufia pun dok sana.
Ada sikit penat.
Ada sikit lelah.
Ada komplen? Alhamdulillah belum.
Tapi itu semua sudah aturan. Hidup mesti ada perubahan. Bagai metafora mudah; hidup bagai roda; kadang kita dia atas, kadang kita di bawah; dan pasti saja kita beralihan dari satu pada yang lain. Dan tentu saja alunan nada2gembira dan sedih itu ada saja turun naiknya. Dan bangga; aku masih mampu belajar untuk bersyukur; paling tidak pun sedikit.

Semenjak dua nih, susur jalan pagi ku makin kerap di teman kabus2dingin. Menyulusuri terowong menora dengan selimut putih itu memang mengembirakan aku. Aku bersyukur; kerana Allah hadirkan satu lagi pagi aku dengan penuh kerahmatan. Dan kabus itu sendiri mengambarkan panas semalam dan kelmarin sudah hilang; setidaknya untuk pagi ini.

Dan pada kabus aku percaya sesuatu.

Bila emosi kita sedingin kabus-kabus ini, mata kita tidak bisa memandang jauh. Ya, pandangan itu sendiri terbatas (pasti saja ada yang mengejutkan di balik keterbatasan itu). Malah bisa jadi lebih kecil andai kita lena di buai dengan selimut-an kabus dingin ini.

Tapi, ada satu reminder disini; kawan-kawan ku. Dingin pagi ini Cuma satu illusi jiwa. Tidak dia ada untuk selamannya. Pasti seminit dua lagi ia hilang. Dan selesa diri kita bisa juga hilang. Hari-hari menjadi seperti kelmarin dan hari2yang sebelumnya; sudah menjadi hari biasa. Hari-hari yang kosong dari penghayatan; selain dari rungutan rutin keterpaksaan di kelas; di pejabat; dan dirumah.

Semudah itu kah?
Semudah itukah tembok emosi pagi ini bisa hilang?
Yang itu, aku simpan untuk kalian timbangkan. Neraca pagi aku kaku untuk hari ini.

Footnote:
Kabus itu metafora jiwa. Dingin seketika, tapi bisa saja hilang dinginnya bilamana ada sikit mentari datang menjengah. Kenapa tak bisa kita simpan sikit di peti ais itu, setidaknya ada saki baki dingin untuk kita jadikan selimut sepanjang hari? Setidaknya reda sikit panas2jiwa dan perasaan ini? Sebenarnya itu bergantung kepada kalian. Dingin itu sendiri wujud dan hilang atas doa dan pinta kalian. Allah Maha Mengetahui itu mengabulkanya seperti mana ingin kita; insya’Allah

No comments: