Friday, 19 March 2010
Aku hanya ada ‘kalau’; tolonglah jika pada kamu ada ‘jawapannya’
Dalam setandan; ada saja sesikat dua yang rosak
Rosak yang jauhkan nafsu-nafsu selera jiwa untuk menjamahnya
Lalu di biar sesikat dua itu hitam busuk di situ
Sedangkan akal itu gunanya berfikir dengan kejadian
Menilai dengan hati; mendalam dengan jiwa, agar emosi bukan jadi raja
Dan rosak sesikat itu bukan suruh kita mem-batu; dan tunggu kulat2masam menjadi garam-garam dalam minuman; yang mana pasti bukan lagi manis; semanis yang kita pernah impi mimpikan.
Ingin saja aku jadi tangan-tangan besar yang bisa asingkan ulas-ulas rosak dari sistem saraf-saraf setandan itu:
Biar keluar benih-benih rosak jiwa itu; dan tentu saja aku relakan sikat-sikat di tandan itu rongak lihatnya; dan tentu bukan rosak ranum!
Tapi, itu hanya 'kalau'; dan aku sendiri tahu 'kalau' itu belum cukup jadikan aku adiwira sebenar
Ah, rosak lagi:
Dan dari jauh, aku cuma berharap ada lagi hati-hati yang bisa lintas jiwanya seperti aku; biarpun sedetik
Agar yang sesikat dua rosak itu di asing jauh; dan bebaskan setandan yang lain dari onar-onar gelap perasaan
Dan satu lagi;
Ini dunia reality:
yang aku hanya mampu; berdoa; Maha Besar lebih tahu semuanya
Kaki-kaki-nota-aku
setiap yang busuk itu akan kekal busuk sebelum ada usaha yang bisa merawatnya. Dan tentu saja sakit itu; apa saja bentuknya; adalah satu rasa yang busuk; benar-benar busuk; sebelum kita mampu menilai kenapa sakit itu datang; lebih-lebih lagi kenapa pada kita sakit itu datang!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment