Friday, 28 January 2011

Ada, cuma masanya mungkin belum tiba dulu.

"Kenapa tidak dari dulu, dinda bertemu dengan kanda."
"Andai ya, pasti takkan pernah ada duka yang menjadi sembilu perit dalam jiwa dinda, hingga kering jernih mata dinda."
"Dan hari ini, hanya ada pandangan sayang saja yang mampu dinda kemaskan pada rangkul tubuh kanda."

Tersenyum halus sambil pelahan di rangkul kemas sang suami.
Tanpa sedar, pelahan lembut di letak kemas kepala bersandar pada bahu sang suami; dan suami yang mengemaskan ikat tali leher di diri cermin meja paling sedikit pada sandaran bahu, dan mengucup halus di ubun-ubun isteri.
Biarpun berlapit lapis anak tudung dan tudung, kucup itu meresap dalam-dalam dan senyum jadi kuntum kembang tanpa sedar.
Dan senyum itu cukup benar manisnya.
Ah.

"Elok saja yang jadi ini dinda."
"Maksud kanda."

"Susunnya dah demikian. Biarpun kanda berpaut lama pada birai pandang dinda, tapi dinda tak pernah nampak lebih dari pandang yang biasa. Dan kanda sedia saja menunggu, dan berdoa, biar pasrah sayang dinda jodohnya pada kanda."

"Tak salah kah dinda bercinta dan putus yang dulu."

"Dan bukan putus itu hajat dinda kan?"
"Sejarah dulu buatkan dinda itu dinda untuk kanda hari ini kan?"

*senyum*

"Semuanya teratur. Dan mana tahu, andai kita yang bertaut sayang tahun-tahun dulu, kita sendiri bisa lerai dan sudah seperti hayat sayang yang dulu?"
"Dan syukur, Allah bukakan hijab hati pada masa yang kena, dan moment yang benar."

"Pasangan yang betul takkan jadi pada moment yang salah kan?"

"Macam tu lah" *sambil mencubit gebu pipi sang isteri sayang*

Dan di mana-mana, ada kisah yang sama.
Cuma dindanya kadang ’
awak’, kadangnya ’sayang’ kadangnya ’baby’.
Tapi memahami perlu ada.
Jiwa kita bukan bahu hiasan, di pahat ukir sekali dan di bayang indahnya panjang sampai sudah.
Selam dan faham sekaliannya setiap masa, dan tahu yang tiada sempurna dalam sesiapa.
Belajarlah menerima, dan sedar yang Maha Tahu bukan kita.

No comments: